Anak Sulit Fokus, Penyebabnya?
Ada seorang orang tua yang menanyakan bahwa anaknya susah bila memainkan permainan yang membutuhkan konsentrasi dan fokus, semisal memainkan balok bongkar pasang atau juga mainan puzzle. Anaknya terlihat normal dan sehat, usianya 2,5 tahun. Sang orang tua tampaknya sangat khawatir akan hal ini kalau-kalau ada yang tidak beres dengan anaknya itu. Apakah perlu demikian halnya?
Perlu diketahui bahwa anak-anak pada usia yang disebutkan tadi memang cenderung bergerak serta sangat aktif dan sulit tenang bila diminta untuk mengerjakan aktivitas atau kegiatan tertentu. Pada moment usia ini keinginan mobilitas mereka sangatlah tinggi sebab di tahap itu mereka sebenarnya sedang mempertajam potensi fisik seperti bergerak, memanjat, berlari, berjalan, melompat, dan aktifitas gerak lainnya. Pada tahap itu juga mereka sedang berada di puncak naluri edukasi secara eksploratif sehingga anak banyak bergerak untuk mempelajari dan mengenal lingkungan sekitarnya. Sehingga ini menyebabkan anak sulit fokus ketika kita meminta mengerjakan sesuatu.
Namun hal ini bukanlah mengartikan bahwa si anak tidak bisa diminta untuk melakukan kegiatan yang cenderung tenang dan melatih kemampuan konsentrasinya, contohnya seperti menyusun puzzle dan menyusun bata block. Itu tetap dapat dilakukan asalkan, para orangtua dapat memilihkan puzzle dengan jumlah kurang dari 10 keping. Atau bisa juga satu keping hanya untuk mewakili satu bentuk, dengan ukuran cukup besar, serta memiliki tonjolan yang bisa dipegang oleh anak untuk dimasukkan ke tempatnya. Hal yang sama bila memainkan mainan balok.
Perlunya Orang Tua Tanggap Memilih Permainan
Juga terdapat bentuk permainan lain yang tujuannya melatih kemampuan atensi dan konsentrasinya, sekaligus dapat mengimbangi kecenderungan bergeraknya. Permainan itu adalah permainan melempar dan menangkap bola, kemudian ada juga berjalan mengikuti garis lurus pola di lantai, melompat ke target tertentu, menendang bola ke arah gawang, memindahkan kelereng dari satu tempat ke tempat lain. Para orang tua bisa juga melibatkan anak dalam melakukan aktivitas sehari-hari di rumah, semisal anak diminta membantu utnuk memilihkan barang yang diperlukan ketika belanja saat berada di tempat perbelanjaan. Ini tidak mengatikan bahwa sang anak kita minta unutk membaca keterangan barang dan harganya, akan tetapi kita bisa minta mereka mengambilkan barang tertentu dengan memberi tahu warna atau bentuknya.
Sumber: parenting. co. id
Vera Itabiliana Hadiwidjojo, M.Psi (Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia)